Tren Teknologi Supply Chain 2025: Inovasi yang Siap Mengubah Industri Logistik
Jakarta,
04 July 2025
Transformasi digital supply chain bukan lagi masa depan, tapi realita yang sedang berlangsung. Di 2025, tekanan terhadap efisiensi, keberlanjutan, dan adaptasi teknologi akan semakin tinggi. Berikut 5 tren teknologi utama yang akan mendefinisikan industri supply chain tahun depan.
1. ESG dan Scope 3: Dari Regulasi Menjadi Strategi Bisnis
ESG Bukan Lagi PR Departemen Sustainability
ESG (Environmental, Social, and Governance) kini menjadi prioritas supply chain leaders. Bukan hanya karena regulasi seperti:
- CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) dari Uni Eropa,
- dan CSDDD (Corporate Sustainability Due Diligence Directive),
...tetapi juga karena investor, partner, dan konsumen menuntut rantai pasok yang etis dan transparan.
Scope 3: Tantangan Emisi di Luar Kendali Langsung
Scope 3 mencakup seluruh aktivitas emisi yang terjadi di luar kendali langsung perusahaan, seperti:
- aktivitas vendor/supplier,
- transportasi pihak ketiga,
- dan penggunaan produk oleh konsumen.
Ferna Arga, Chief Operation Officer forwarder.ai menyebut ini sebagai opportunity for stronger business performance. Artinya, siapa yang mampu mengelola Scope 3 dengan cerdas, bisa menjadikannya keunggulan kompetitif.
2. Digital Twin & IoT: Visibilitas hingga Tier-4 Supply Chain
Mengapa Visibilitas ke Tier-4 Dibutuhkan?
Banyak perusahaan hanya memonitor supplier Tier-1 dan Tier-2. Padahal, disrupsi besar sering terjadi di level bawah. Solusinya: Digital Twin + IoT.
"Supply chain leaders should use Digital Twin technology to enhance visualization of the full value chain."
- Ferna Arga Wijaya, Chief Operation Officer, forwarder.ai
Contoh Implementasi:
- IoT-enabled sensor untuk tracking bahan baku dari pemasok primer.
- Digital Twin untuk mensimulasikan skenario risiko: misal, apa dampaknya jika pemasok Tier-3 mengalami keterlambatan?
Dengan peta digital real-time, keputusan bisa diambil jauh lebih cepat dan akurat.
Baca Juga: Optimalkan Logistics Chain Management Bisnismu dengan Platform Digital forwarder.ai
3. AI-Driven Process Analysis: Optimasi dengan Machine Learning
Dari Manual Mapping ke Real-Time Analytics
Value Stream Mapping (VSM) bukan lagi pekerjaan statis berbasis whiteboard. Kini, AI digunakan untuk menganalisis proses secara otomatis dan dinamis.
Tiga teknologi utama versi KPMG:
- AI-Driven Process Analysis
Machine learning mendeteksi bottleneck dan prediksi beban kerja.
- IoT & ERP Real-Time Sync
Data dari sensor dan ERP langsung masuk ke model VSM.
- Automated Process Mining
AI mengekstrak data dari digital log, hilangkan kebutuhan mapping manual.
Hasilnya?
- Efisiensi meningkat tanpa trial-and-error.
- Proses bisnis terus disempurnakan secara otomatis (continuous improvement).
4. Intake & Orchestration (I&O) Tools: Solusi Integrasi Tanpa Ganti Sistem
Apa Itu Intake & Orchestration Tools?
Menurut KPMG:
"Intake tools sit in front of existing applications... while orchestration tools enable process workflow across multiple solutions."
Artinya:
- Intake tool → alat ringan untuk capture data awal (permintaan, pengadaan, dll),
- Orchestration tool → integrator proses lintas sistem (ERP, eProcurement, dll) tanpa mengganti sistem lama.
Prediksi Tren:
KPMG memproyeksikan bahwa pada pertengahan 2025, platform Source-to-Pay (S2P) besar akan:
- Merilis fitur I&O mereka sendiri,
- atau bermitra dengan startup teknologi khusus I&O.
Baca Juga: Logistics Management System Makin Terintegrasi dengan forwarder.ai
5. Operating Model Transformation: Global Capability Center (GCC)
Shifting dari Operasional ke Inovasi
Banyak perusahaan global mulai membangun GCC (Global Capability Center) atau Center of Excellence (CoE) khusus untuk fungsi supply chain.
Fungsinya bukan hanya efisiensi biaya, tapi:
- pengembangan inovasi logistik,
- integrasi teknologi baru,
- dan peningkatan produktivitas tim lintas negara.
Kesimpulan: Rantai Pasok Cerdas, Adaptif, dan Tangguh
Untuk bisa bersaing di pasar global yang semakin ketat, perusahaan logistik dan manufaktur Indonesia perlu:
- Berinvestasi dalam sistem yang mendukung transparansi dan prediktabilitas,
- Menyusun ulang strategi supply chain berdasarkan nilai tambah (value chain), bukan sekadar efisiensi biaya,
- Membangun kolaborasi lebih erat dengan supplier, distributor, dan partner teknologi.
Jika tidak mulai sekarang, perusahaan bisa tertinggal dari kompetitor yang lebih dulu mengadopsi teknologi ini sebagai keunggulan strategis.
Action Point Bagi Perusahaan Supply Chain:
- Audit posisi supply chain saat ini, sudah sejauh mana visibilitas dan integrasi data dilakukan?
- Mulai dari pilot project, implementasi IoT atau digital twin di salah satu jalur distribusi.
- Bangun tim lintas fungsi yang menggabungkan expertise teknologi, operasional, dan sustainability.
Feeling enlightened? Share this article to more people.